Sutradara Hanung Bramantyo kembali ke akar seninya dengan menyutradarai drama musikal sinematik bertajuk City of Love. Setelah menorehkan kesuksesan di dunia perfilman, Hanung mengungkapkan bahwa proyek ini seperti sebuah perjalanan pulang ke rumah yang membesarkan namanya di dunia seni.
“Rasanya seperti pulang ke rumah sendiri. Ini sebuah kebanggaan besar untuk saya,” ujar Hanung dalam konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
City of Love hadir dengan konsep baru yang menggabungkan unsur teater dan sinema, menciptakan pengalaman musikal sinematik yang unik. Hanung menyatakan antusiasmenya untuk mempersembahkan sesuatu yang berbeda kepada para pecinta seni di Indonesia. Kesempatan ini pun ia dapatkan melalui dukungan dari Warisan Budaya Indonesia Foundation.
Sebagai seorang yang memiliki dedikasi tinggi terhadap panggung seni, Hanung menegaskan bahwa teater harus kembali menjadi bagian penting dari kehidupan seni di Indonesia. “Panggung harus dihidupkan, dan saya akan all out untuk ini,” tegasnya.
Drama musikal ini mengambil latar Indonesia pada era 1930-an, dengan mengangkat kisah cinta yang dipadukan dengan semangat kebangsaan. Hanung berusaha menghadirkan sejarah dari sudut pandang yang lebih humanis dan romantis.
“Kita sering lupa bahwa pelaku sejarah juga manusia. Mereka punya cinta, punya perasaan. Melalui City of Love, sejarah akan dikemas lebih modern dan romantis,” jelas Hanung.
Untuk mewujudkan visinya, Hanung menggandeng sejumlah nama besar dari dunia seni. Agus Noor dipercaya sebagai penulis naskah, Tohpati sebagai penata musik, sementara Titien Wattimena dan Taba Sanchabachtiar bertanggung jawab dalam artistik panggung.
Dengan kehadiran City of Love, Hanung Bramantyo ingin membuktikan bahwa teater tetap relevan dan mampu menyampaikan pesan sejarah dengan cara yang menarik dan penuh warna.