Film A Business Proposal Sepi Penonton, Efek Boikot Penggemar K-Drama?

Film adaptasi Indonesia A Business Proposal (2025) yang dibintangi Abidzar Al-ghifari dan Ariel Tatum tampaknya mengalami kendala besar dalam menarik minat penonton. Sejak hari pertama penayangan pada 6 Februari 2025, laporan menunjukkan angka penjualan tiket yang jauh dari ekspektasi, bahkan di jaringan bioskop besar. Fenomena ini diduga kuat berkaitan dengan aksi boikot yang dilakukan oleh penggemar konten Korea Selatan.

Minim Penonton, Bioskop Kurangi Jadwal Tayang

Sejumlah laporan mengungkapkan bahwa banyak studio yang menayangkan film ini tidak terisi penuh, bahkan kursi yang terjual masih sangat sedikit. Berdasarkan pantauan pada hari kedua penayangan, film ini mengalami pengurangan layar secara signifikan di beberapa jaringan bioskop di Jakarta. Di jaringan XXI, misalnya, A Business Proposal hanya ditayangkan di 17 lokasi dengan jumlah jadwal tayang yang terbatas. Bahkan, di beberapa lokasi, film ini hanya memiliki satu jadwal tayang per hari.

Kondisi lebih parah terjadi di jaringan bioskop Cinepolis, di mana banyak lokasi mencatat nol pemesanan tiket untuk semua jam tayang. Hingga saat ini, Falcon Pictures selaku studio produksi pun belum mengumumkan angka penjualan resmi film tersebut, yang biasanya menjadi bagian dari strategi promosi.

Akar Masalah: Kontroversi Abidzar Al-ghifari

Film ini menghadapi gelombang boikot besar-besaran sejak sebelum penayangannya, menyusul pernyataan kontroversial dari pemeran utama pria, Abidzar Al-ghifari. Salah satu pemicu utama kemarahan penggemar adalah pengakuan Abidzar yang hanya menonton sebagian episode pertama dari versi drama Korea A Business Proposal dan memilih tidak melanjutkan. Hal ini dianggap sebagai bentuk kurangnya penghormatan terhadap sumber aslinya.

Selain itu, dalam sebuah siniar, Abidzar menyebut penggemar K-drama sebagai “fanatik,” yang dianggap sebagai stereotipe negatif dan merendahkan komunitas pecinta budaya Korea. Pernyataannya yang terkesan meremehkan kritik publik semakin memperparah situasi, terutama setelah ia mengatakan bahwa para pengkritik “tidak akan diundang ke premier.”

Permintaan Maaf Tak Cukup Menyelamatkan Film

Menanggapi kritik yang terus berkembang, Falcon Pictures dan Abidzar sempat mengeluarkan pernyataan terbuka dan permintaan maaf. Namun, respons penggemar menunjukkan bahwa langkah ini tidak cukup untuk meredam kekecewaan. Beberapa komentar dari penggemar di media sosial menegaskan ketidakpuasan mereka:

“Kenapa penonton harus mikirin 20 seniman & 100 kru kalau 1 orang aktornya ngga bisa mikirin mereka?”

“Ga dimaafkan. Aku fanatik soalnya. Aku boikot aja.”

“Aktor utama makin blunder tiap diwawancara. Damage has been done.”

Kondisi ini membuat masa depan A Business Proposal semakin tidak pasti. Jika tren ini berlanjut, film tersebut berpotensi menghilang dari layar bioskop lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. Falcon Pictures sendiri tampaknya memilih untuk tetap menjalankan strategi awal mereka tanpa perubahan signifikan.

“Jalani saja. Kami jalani aja sih. Kan teman-teman pasti tahu yang terjadi, kita bisa baca semua di sosial media,” ujar produser Falcon Pictures, Frederica.

Dengan boikot yang terus bergulir dan minat penonton yang tidak kunjung meningkat, A Business Proposal bisa menjadi salah satu film adaptasi yang paling cepat turun layar dalam sejarah perfilman Indonesia.

Leave a Comment